Asal Usul dan Sejarah
BUDAYA, karyamadrasah.com –Songket Silungkang berasal dari daerah Silungkang, sebuah kecamatan di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Sejarah tenun songket ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Minangkabau dan telah diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Songket ini merupakan bagian dari tradisi budaya Minangkabau yang telah ada selama berabad-abad, dan disebut-sebut sebagai salah satu songket tertua di Indonesia. Wow keren.
![]() |
Songket Silungkang Merah Motif Emas |
Pembuatan Songket Silungkang adalah proses yang memerlukan keterampilan tinggi dan ketelitian. Proses tenun dimulai dengan menyiapkan benang, yang biasanya terbuat dari sutra atau benang emas dan perak untuk menambah keindahan dan kemewahan. Benang-benang ini kemudian dianyam menggunakan alat tenun tradisional yang disebut “alat tenun songket.” Prosesnya bisa memakan waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada kompleksitas desain dan ukuran kain.
Motif dan Desain
Songket Silungkang terkenal dengan motif dan desainnya yang sangat khas. Motif-motif ini seringkali berupa pola geometris, flora, dan fauna yang memiliki makna simbolis dalam budaya Minangkabau. Beberapa motif yang umum ditemukan yakni Bada Mudiak (Ikan Teri Hidup di Hulu Sungai) dengan filosofi yang menggambarkan kehidupan rukun dan damai seia sekata. Ada juga motif Buah Palo Bapatan (Buah Pala yang Dipatahkan) yang mencerminkan nilai-nilai mendidik bahwa untuk menikmati keindahan dan rasa senang hendaknya kita saling berbagi. Lalu motif Saluak Laka (Alas Periuk Terbuat dari Lidi) yang maknanya masyarakat yang bersatu atas dasar kerja sama dan keiklasan akan menjalin banyak kekuatan.
Penggunaan dan Fungsi
Songket Silungkang biasanya digunakan dalam berbagai acara adat dan upacara penting, seperti pernikahan, khitanan, dan upacara keagamaan. Kain ini juga sering dipakai dalam pakaian tradisional Minangkabau, seperti baju kurung dan selendang. Selain itu, songket ini sering kali menjadi simbol status dan kehormatan dalam masyarakat Minangkabau, dan hanya digunakan oleh kalangan tertentu dalam acara-acara resmi.
Nilai Ekonomi dan Budaya
Songket Silungkang memiliki nilai ekonomi dan budaya yang signifikan bagi masyarakat Minangkabau. Selain menjadi salah satu komoditas unggulan dalam industri kerajinan tangan, songket ini juga merupakan simbol identitas budaya dan tradisi. Bahkan menenun songket sudah menjadi identitas diri warga Silungkang. Kaum perempuan di Silungkang diwajibkan untuk bisa menenun sekaligus melambangkan status sosial mereka. Jumlah kepemilikan tenun Songket menunjukan status sosial, semakin banyak kain songketnya maka semakin tinggi status sosialnya.
Perjalanan dari Padang Panjang ke Silungkang, Surga Songket Klasik
Perjalanan dari Padang, Bukittinggi, Padang Panjang menuju Silungkang, Kota Sawahlunto, terasa seperti menyusuri lorong waktu—dari udaranya yang sejuk, pegunungan ke jejak sejarah tambang dan tradisi tenun yang tak lekang oleh zaman.
Jarak antara Padang Panjang dan Silungkang sekitar 70 kilometer, bisa ditempuh dalam waktu 2–2,5 jam menggunakan kendaraan pribadi atau travel. Rute paling umum melewati seterusnya Ombilin lalu Solok, dengan pemandangan hijau, perbukitan, dan rumah-rumah adat Minangkabau di sisi jalan.
Solok lalu Silungkang, suasana langsung berbeda. Di sinilah tradisi songket tertua di Sumatera Barat bertahan dan berkembang. Songket Silungkang terkenal dengan kualitas tenunannya yang halus, motifnya yang anggun, serta kilau benang emas dan peraknya yang mencerminkan kebesaran budaya lokal.
Kita bisa berkunjung langsung ke rumah-rumah penenun atau ke galeri-galeri kecil milik UMKM lokal. Pengalaman menawar harga sambil melihat langsung proses menenun—dari memasang benang lungsi hingga penyisipan benang emas—membuat kita semakin menghargai nilai dan keindahan setiap helai kain.
Membawa pulang selembar songket Silungkang bukan hanya membawa kain, tapi juga warisan budaya dan kerja keras para perempuan tangguh di balik alat tenun mereka. Keren. (Y/*)
0 Komentar