Breaking News



Menulis Esai

Esai ini merupakan analisis dari Cerpen "Yang Lebih Penting dari Aku"

MODUL, karyamadrasah.com –Cerpen "Yang Lebih Penting dari Aku" pada buku teks Bahasa Indonesia kelas 9 di MTsN Padang Panjang.

Cerpen ini mengisahkan tokoh “Aku” yang tengah dilanda emosi saat berada di rumah sakit. Tokoh aku bersama sepupu sedang menunggu kabar operasi sang kakek mereka.

Ia merasa digunjingkan oleh sepupu-sepupunya, dan hal itu memicu kemarahan yang akhirnya menimbulkan perselisihan di antara mereka. Ketegangan semakin memuncak hingga akhirnya pintu ruang operasi terbuka.

Dokter menyampaikan kabar bahwa operasi kakek mereka berjalan lancar. Seketika suasana berubah. Ketegangan mencair dan berganti dengan rasa syukur dan lega.

Cerita ini menggambarkan konflik batin seorang tokoh.Tokoh merasa diabaikan dan tidak dihargai. Mereka sedang menghadapi situasi genting yang seharusnya menyatukan tapi malah memecah-belah.

Cerpen ini menunjukkan bagaimana emosi seseorang bisa meluap saat ia merasa tak dianggap, apalagi dalam momen penuh tekanan.

Secara umum, cerpen adalah karya sastra berbentuk prosa pendek yang mengisahkan satu peristiwa atau konflik utama, dengan tokoh, latar, dan alur yang dibangun secara ringkas namun bermakna. Dalam cerpen terdapat dua unsur utama: unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Unsur intrinsik terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Sementara unsur ekstrinsik meliputi latar belakang penulis, seperti nilai agama, budaya, pendidikan, dan sosial yang memengaruhi cara penulis menyampaikan ceritanya.

Dari cerpen ini, aku merasakan tiga emosi utama: tegang, gembira, dan bersyukur. Ketegangan muncul saat tokoh “Aku” meluapkan amarahnya. Gembira ketika mendengar hasil operasi berjalan lancar.

Aku pun ikut bersyukur saat sang dokter menyampaikan bahwa kakek dalam keadaan baik. Sehingga cerpen ini berhasil membawa pembaca melewati berbagai suasana emosi dalam beberapa paragraf saja.

Tokoh “Aku” pada cerita ini sepertinya seorang laki-laki. Dugaan muncul sebagaimana dalam paragraf kedua ada kalimat, “Seharusnya aku bisa duduk santai di rumah, baca, atau main game.” Bukankah kegiatan bermain game sering kali diasosiasikan dengan anak laki-laki, meskipun tidak mutlak.

Kalimat menarik terdapat pada paragraf pertama: “Suasana sunyi mengantarkan setiap bunyi dengan setia.” Menurutku kalimat ini adalah gambaran keheningan, setiap suara terdengar dengan sangat jelas. Begitu juga kata “setia” di sini mengandung makna suara-suara kecil pun terdengar karena tidak ada gangguan lain. Kesunyian itu seperti ‘mengantar’ suara dengan ketelitian dan kejelasan yang pasti.

Adapun latar tempat cerita ini rumah sakit. Hal ini bisa diketahui dari kalimat pada paragraf kesembilan ada kata operasi, “Operasi berhasil, pasien ada di ruang pemulihan.” Ada kata pasien. Kalimat tersebut menunjukkan sedang berada dalam situasi medis yang serius di rumah sakit.

Di paragraf ketiga, terdapat kalimat: “... mereka semua terikat darah denganku.” Menurutku, kalimat ini berarti bahwa mereka adalah saudara kandung atau sepupu—masih satu garis keluarga. Sedangkan pada paragraf ketujuh, Bahar berkata, “Kamu tidak mau bergabung dan itu mengganggu.” Kalimat ini mengindikasikan bahwa Bahar tidak menyukai sikap tokoh “Aku” yang memilih menjauh atau tidak ingin ikut dalam percakapan mereka.

Puncak perubahan suasana terjadi di paragraf kesembilan. Perasaan yang tergambar dalam paragraf tersebut adalah perasaan lega. Sebelumnya, situasi dipenuhi ketegangan karena konflik antar tokoh. Namun, begitu dokter keluar dari ruang operasi dan menyampaikan bahwa operasi berhasil, suasana langsung berubah. Rasa lega dan syukur menyelimuti semua tokoh.

Menurutku, judul "Yang Lebih Penting dari Aku" sudah tepat. Judul ini mencerminkan konflik batin tokoh utama yang merasa bahwa kebutuhannya tidak diprioritaskan dibanding hal lain—dalam hal ini, kondisi kakek mereka. Namun, judul lain seperti "Akhir yang Melegakan" juga bisa digunakan, karena menekankan penyelesaian yang membawa kedamaian.

Selain itu dalam pembelajaran ini ada beberapa hal mendasar yang harus dipahami siswa, di antaranya:

Pemahaman Kosakata

Ada beberapa kosa kata yang butuh kamus bagi siswa setingkat SMP/MTs untuk dipahami karena mereka belum memiliki pengalaman, berikut kata dan makna kata-kata dalam cerita:

Gundah: cemas, gelisah, khawatir, bingung.

Menggunjingkan: membicarakan kekurangan orang lain; bergosip.

Deru: suara keras seperti angin atau mesin.

Berdengung: suara bergema terus-menerus seperti lebah.

Kosakata lain dan artinya:

Mustahil: tidak mungkin terjadi. Aku memahaminya dari konteks kalimat yang menunjukkan keinginan tokoh "Aku" yang tidak mungkin diwujudkan.

Terkatup: tertutup rapat. Aku memahaminya karena ada frasa “aku berbicara di antara gigi.”

Derit: bunyi nyaring seperti pintu atau bambu yang diinjak. Aku tahu maknanya karena disertai kata penjelas "nyaring."

Sudut Pandang Cerita

Adapun sudut pandang cerita adalah cara penulis menyampaikan cerita kepada pembacanya. Sudut pandang menentukan dari perspektif siapa cerita disampaikan—apakah tokoh utama, tokoh lain, atau pengamat luar.

Tiga jenis sudut pandang cerita:

a. Sudut pandang orang pertama

Sudut pandang orang pertama adalah ketika penulis menempatkan dirinya sebagai tokoh utama dalam cerita. Cerita diceritakan dari sudut pandang “aku” atau “saya”.

Kata ganti orang pertama: aku, saya, kami. Contoh paragraf dalam cerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama (Paragraf 4):

b. Sudut pandang orang kedua

Sudut pandang ini jarang dipakai dalam cerita pendek.

c. Sudut pandang orang ketiga

Sudut pandang ini menempatkan penulis di luar cerita. Cerita diceritakan dari sudut pandang “dia” atau “ia”.

“This is it. Cukup sudah. Aku tidak tahan lagi. Aku harus bicara. Akan kutegur mereka. Seenaknya saja menggunjingkan orang yang ada di depannya. Kemarahan tiba-tiba memenuhi dada aku. Aku berdiri sambil mengentakkan kaki. Derit nyaring kursi besi tua membuat beberapa orang menoleh.”

Paragraf tersebut bisa diubah ke sudut pandang orang ketiga:

“This is it. Cukup sudah. Dia tidak tahan lagi. Ia harus bicara. Akan ia tegur mereka. Seenaknya saja menggunjingkan orang yang ada di depannya. Kemarahan tiba-tiba memenuhi dadanya. Ia berdiri sambil mengentakkan kaki. Derit nyaring kursi besi tua membuat

Posting Komentar

0 Komentar