![]() |
Selamat Membaca
Hai semua perkenalkan namaku Zacky Hamdani, tahun ini aku tamat SD dan aku akan memilih sekolah lanjutan. Orang tuaku menyarankan aku bersekolah di sekolah agama. Ini adalah keputusan yang sangat bimbang untukku karena saat sekolah dasar aku tidak begitu menyukai terhadap pelajaran agama. Namun, pada saat melaksanakan tes di salah satu sekolah agama di kotaku, aku lulus. Padahal, sekolah ini sekolah favorit berasrama. Pendaftar di sekolah ini setiap tahun ajaran baru berkisar seribuan lebih. Padahal yang akan diterima hanya tiga ratusan saja. Calon siswa yang mendaftar di sini bisa dibilang anak-anak masyarakat perantau Minang dari Sabang sampai Papua. Begitu kental keberanekaragaman di sekolah ini. Bahagianya aku dan orang tuaku bisa bersekolah di MTSN Padang Panjang ini.
Kring...kring...kring!!! Terdengar suara alarm dari atas meja. Suara keras itu menghancurkan mimpi indahku dan membuatku seketika membuka mata dan terbangun. Kulihat jam menunjukkan pukul 04.00 WIB dan aku bersegera bersiap-siap untuk mandi, tahajjud, witir, dan sahur karena aku akan puasa sunat Senin hari ini. Usai sholat Sunat dan Sholat Subuh di dekat rumahku aku pun berkemas untuk pergi ke sekolah baruku. Ini adalah hari pertamaku masuk sekolah. Meski hari pertama sekolah, pergi ke sekolah aku berangkat sendiri memakai jasa ojek karena sudah biasa sejak aku kelas 5 SD.
“Bang ojek bang... ke Tsanawiyah Ganting ya Bang.” Ucapku.
“Oke, Dek!” Jawab tukang ojek sumringah dan dengan cepat menghidupkan motornya.
Lima menit naik ojek, aku sampai di sekolah baruku. Ternyata di sepanjang jalan kampus MTsN itu banyak sekali mobil-mobil mewah parkir. Jalanan lintas Sumatera Padang Bukittinggi itu pun macet. Ratusan orang tua murid ikut mengantri di gerbang kampus. Mereka mengantar anak-anaknya ke sekolah baruku. Pak polisi dan tukang parkiran dadakan di sekitar kampus dengan sabar dan ramah mengatur lalu lintas yang mendadak macet itu. Sesampai di kampus sekolah, semua orang telah berbaris. Dengan cepat aku mengambil posisi baris menurut kelasku. Cukup mudah karena kakak kelasku diberi tuagas memandu kami sesuai nomor peserta saat tes masuk. Acara pagi ini dipimpin oleh anggota OSIM (Organisasi Siswa Intra Madrasah)
Aku termenung dan aku lihat sekeliling sekolah begitu banyak siswa-siswi baru yang pastinya pintar-pintar. Mereka semua sepertinya keturunan kaya-kaya. Melihat itu aku merasa tidak yakin akan sanggup sekolah di madrasah ini. Tiba-tiba rasa minder dan malu muncul. Hatiku deg-degan. Tapi, aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa pasrah tapi tak rela.
Rangkaian acara terus berlanjut mulai dari penampilan bakat, pembacaan Al-Quran dan ceramah agama oleh Kankemenag kota Padang Panjang. Dalam ceramahnya beliau menuturkan bahwa “Betapa beruntungnya siswa\i baru MTsN Padang Panjang bisa bersekolah di sini, sekolah ini merupakan sekolah terfavorit dan bergengsi Tingkat Sumatera Barat. Begitu banyak prestasi telah di peroleh oleh sekolah ini. Jadi, kalian tetaplah semangat belajar dan banggakanlah kedua orang tua kalian yang telah menitipkan kalian bersekolah di madrasah bermartabat ini.”
Setelah acara selesai semua siswa baru madrasah di perbolehkan pulang. Aku memutuskan untuk pulang dengan angkot dengan beberapa teman yang tadi baru berkenalan. Dia adalah Muadz, Aldi, dan Rafli. Mereka begitu mudah akrab denganku. Mereka pun terasa baik-baik. Di atas angkot kami bercerita sambil menikmati perjalanannya. Kejadian di sekolah hari ini menjadi topik kami.
“Muadz, menurutmu dengan bersekolah di madrasah apa yang akan kita dapatkan?” Tanyaku kepada Muadz yang duduk persis di depanku.
“Menurutku, banyak Zacky , contohya kalau kita belajar di madrasah pasti lebih mengutamakan pelajaran agamanya dengan begitu kita akan lebih terarah dengan tuntunan agama yang telah kita pelajari nantinya di madrasah ini” Jawab Muadz lugu.
“Lagian kalau kita belajar di sekolah umum pasti pergaulannya lebih bebaskan, Dengan belajar di madrasah kita akan mendapatkan Cahaya Islam. Dengan begitu kita akan paham kenapa agama kita melarang untuk bergaul dengan bebas” Timpal Aldi sok dewasa.
“Oh ya menurut kalian belajar di madrasah merupakan pilihan sekolah lanjutan yang bagus?” Tanya Rafli sedikit berteriak.
“Itu merupakan keputusan yang sangat bagus dengan belajar agama kita bisa mengenal lebih dekat Islam” jawab Muadz bersemangat. Di antara kami berempat memang Muadz kelihatannya lebih smart karena dia lulusan MI Diniyah Putri yang terkenal dengan DTC-nya Buk Zizi, (Diniyah Training Center). Konon setiap murid di sekolah ini diberi training peta konsep hidup agar murid-muridnya bisa fokus dengan bakat, minat, dan cita-cita mereka.
Tak terasa perjalanan menuju rumah sudah sampai. Aku tak lupa mengajak teman-temanku untuk mampir. Ternyata mereka tak menolak. Kami dengan bergegas turun dan membayar ongkos. Tak lupa berpamitan dengan sopir angkot. Kami pun bergantian mengucapkan terima kasih. Sahabat baruku dan aku pun mengucap salam kepada Bapak pemilik angkot itu.
“Assalamualaikum Ma”
“Waalaikumussalam, eh anak Mama dah pulang, gimana tadi sekolahnya? Wah, rame bawa teman, Nak. Masuk sayang. Masuk.” Ajak Mama dengan ramah.
“Alhamdulillah lancar Ma. Sekolahnya Rame Ma.”
“Ya sudah sekarang berwudhuk sama teman-temannya, sholat dzuhur, Habis itu kita makan sama-sama. Jangan lupa berjamaah, ya”
“Ok Ma” Kamiberempat menyalimi Mamaku.
“Mama kamu seramah mamaku.” Canda Rafli ketika kami sudah berada di dapur rumahku.
Usai berwudhu kamipun sholat dzuhur bersama dan Muadz tampil jadi imam kami. Usai sholat kami makan dan bercerita sesaat bersama Mama. Kemudian aku dan Mamaku mengantar teman-temanku pulang dengan mobil ke rumah mereka masing-masing.
Keesokan harinya, aku bangun lebih pagi karena mau melaksanakan sholat tahajud. Aku makin semangat tahajjud dan witir karena kemarin ada salah seorang guruku mengatakan keutamaan dari sholat tahajjud. Tentu saja hal ini membuat hatiku tambah tergerak melaksanakannya. Setelah melaksanakan rutinitas pagi aku berangkat ke sekolah di antar oleh abangku yang kebetulan hari ini of kuliah.
Sesampai di sekolah aku memulai dengan apel pagi setelah itu proses belajar mengajar pun bisa dilaksanakan.Tak terasa bel istirahat pertama berbunyi aku begitu semangat untuk pergi ke kantin. Lapar. Sesampai di kantin kulihat begitu banyak kerumunan dekat kantin. Aku dekati ternyata ada siswa yang pingsan. Tidak tahu apa sebab ia pingsan dan terlihat beberapa guru ikut membantu siswi yang pingsan itu. Semua siswa bubar setelah siswa yang pingsan itu dibawa guru ke UKS.
“Assalamualaikum semua siswa madrasah yang ibuk cintai. Tiba-tiba terdengar suara kepala Madrsah kami melalui pengeras suara yang ada di dekat kantin. Sekolahku ini memang dilengkapi pengeras suara baik dikelas di sudut-sudut sekolah. Juga ada CCTV yang memantau langsung dari ruang kepala madrasah.
“Maaf sebelumnya ibuk mengganggu aktivitas jajan Ananda. Sebelumnya ibuk ingin bercerita. Jadi simak sambil makan ya Nak. Mungkin, sebelum kalian memilih madrasah sebagai tujuan sekolah lanjutan kalian pasti ada beberapa dari kalian yang bimbang mana yang baik madrasah atau sekolah umum. Begini kenapa kita harus memilih madrasah sebagai sekolah lanjutan karena begitu perlunya kita mempelajari ilmu agama Islam. Sebab ini akan kita pergunakan selama kita hidup. Yang perlu kalian ketahui banyak tujuan kenapa kita memilih bersekolah di madrasah ini selain meningkatkan ilmu agama kita, madrasah juga berfungsi untuk menyatukan perbedaan di antara kita.” Ibuk kepala terdengar menarik napas. Lalu beliau melanjutkan.
“ Ibuk tahu kita semua ini berasal dari daerah yang berbeda. Maka dikumpulkan di madrasah ini agar bisa saling menghargai itu yang pertama. Kedua, dengan belajar di madrasah ini kita bisa mengetahui bagaimana Islam berkembang dari zaman dahulu sampai sekarang dan bagaimana sejarah Rasulullah dan para sahabatnya. Ketiga, kita tahu bagaimana cara-cara beribadah yang benar kepada Allah. Keempat, dapat membentuk karakter sesuai Al-Quran dan hadist. Kelima kita dapat mempelajari bagaimana sikap dalam kehidupan sehari-hari umat Islam dalam proses beribadah kepada Allah. Bercermin dari kejadian tadi ada siswa yang berkelahi mungkin belum adanya perasaan saling menghormati dan menghargai sesamanya dan ada siswi yang pingsan mungkin kurangnya perhatian kita terhadap orang di sekitar, dengan begitu perlu kita mempelajari agama Islam di madrasah agar kita mengetahui bagaimana cara bersikap yang sesuai dengan tuntutan Islam.” Tutur ibuk kepala Madrasah teduh.
“Ternyata ada siswa yang berkelahi, toh!” Ujar salah seorang pengunjung kantin.
Selesai makan siswa kembali ke kelas. Sekarang aku baru paham kenapa orang tuaku begitu ngotot menyuruhku memilih madrasah ini. Ternyata di sini pengalaman yang akan kudapati berbeda dari sekolah lain. Dengan murid yang beragam suku bangsa dan latar belakang budaya yang berbeda. Jika aku bersekolah di sekolah umum tentu aku tidak akan berjumpa dengan teman berlatar budaya beda karena di sekolah umum hanya ada siswa dari kotaku saja., Inilah Cahaya Islam di madrasah yang dibilang temanku Muadz. Selesai.. (disunting seadanya oleh Yusriana.)
![]() |
Saat Proses Menulis Cerpen |
Salam Literasi dari pengedit : Yusriana (YUS)
Kelas Online: menerima:
Bimbingan Pembuatan PTK, Buku ber - ISBN, Karya Ilmiah, Jurnal Ilmiah, Menulis Cerpen.
(Bukan Dibuatin Tapi Dibimbing Hingga Selesai) Hubungi WA 081374134175
Bimbingan Online Tanpa Tatap Muka...
0 Komentar